Kamis, 27 Mei 2010

Siti Aisyah (Muh. Ruri)


Almarhum Mbah Muh. Ruri (Siti Aisyah). Ibunya Sadinem Hadi Sumarto, Nenekku

Kamis, 06 Mei 2010

Muhammad Mas Ruri


Muhammad Mas Ruri
Bapaknya Ibuku (Sadinem Hadi Sumarto)

Jumat, 25 Desember 2009

Pengumuman Hasil Tes CPNS Klaten


CPNS....Semua informasi di website ini terbuka untuk umum, dipersilahkan secara bebas bagi pengunjung untuk mengcopy pastekan sebagian atau kesuluruhan isi website ini tanpa harus meminta izin lagi kepada pihak admin PPCI. Kami hanya mengharapkan apabila pengunjung menghargai usaha pemberian informasi dan berita tentang CPNS yang kami lakukan ini agar membuat link ke website ini

Ini memberikan layanan tentang mereka yang akan mencari lowongan pekerjaan terutama pada bidang pemerintahan dan BUMN. Bagi warga Klaten dan sekitarnya bisa mengakses situs ini dengan mencari data pengumuman CPNS dan Soal-soal yang pernah di ujikan sebelumnya.
Ini yang diterima...
Caranya Klik tautan berikut ini Pengumuman CPNS Klaten Semoga Sucses. Amin

Buku-Buku Ilmu Komputer Gratis

Disini disediakan buku-buku Ilmu Komputer. Bagi yang ingin memiliki dan mempelajari, silahkan download gratis dan sangat mudah.
Caranya : Klik Judulnya, tunggu beberapa saat lalu Klik Free User, kemudian Klik Download dan tunggu ntar muncul program MS Word. Selamat mencoba semoga sucses.


Download disini....Modul Tutorial Microsoft Power Point

Download disini....Modul Tutorial Bikin Blog

Download disini....Modul Tutorial E-Mail

Download disini....Modul Tutorial Internet

Download disini....Modul Tutorial Microsoft Word

Download disini....Modul Tutorial Microsoft Publiser

Download disini....Modul Tutorial Microsoft Excell

Download disini....Modul Seni Rupa Kelas 7
Download disini....Tutorial Microsoft Access
Download disini....
Tutorial Microsoft Office
Download disini....
Tutorial Microsoft Outlook
Download disini....
Tutorial IT untuk Serikat Pekerja

Sabtu, 21 November 2009

Kisah Nyata, Kasus Makan Soto di Kantin Sekolah


Kami guru salah satu SMP Negeri di Kabupaten Klaten, selain mengajar pada mata pelajaran regular kami bersama Mr. Lj dan Mr. BC juga membina kegiatan ekstrakurikuler Komputer, PMR dan Pramuka. Dalam satu minggu membina ekstrakurikuler tiga hari yaitu hari Senin, Kamis dan Sabtu. Pembinaan ekstra dilakukan mulai pukul 13.00 WIB sampai 16.15 WIB. Jadi, pagi mengajar mata pelajaran regular di teruskan membina ekstrakurikuler. 

Karena rumah kami cukup jauh, maka kepala sekolah menyuruh kami untuk makan soto di kantin sekolah sebagai gantinya makan siang dan biaya makan soto ditanggung pihak sekolah. Kami merasa lega, karena honor membina ekstra hanya Rp 10.000,- mulai dari pukul 13.00 WIB sampai 16.15 WIB. Dengan diberi jatah makan soto berarti honor kami bisa utuh, sebab kalau harus beli makan sendiri honor sekecil itu tentu habis untuk sekali makan dan pulang hanya dapat capeknya aja.

Setelah berjalan 3 tahun, tiba-tiba beberapa guru dan karyawan membicarakan dan mempersoalkan tentang “guru pembina ekstrakurikuler numpang makan di kantin dengan dana sekolah”. Kami mengetahui kasus itu dari pihak kantin, dan ternyata kasus itu sudah beredar di masyarakat selama satu minggu.

Tepatnya hari Senin, 16 Maret 2009 pukul 15.30 WIB, kami diberitahu pihak kantin, spontan seperti ada petir menyambar kami. Kami merasa malu, sedih dan putus asa, karena kami sudah melaksanakan tugas dengan baik dengan honor yang sangat kecil, tetapi masih ada orang yang mengusiknya.

Yang paling membuat kami benar-benar malu adalah ada oknum guru yang berkata :
 “Tidak ada anggaran makan siang untuk guru ekstra “
 “Guru pembina ekstra numpang makan di kantin”
 “Sudah 3 tahun guru ekstra numpang makan di kantin”
 “Guru ekstra makan siang dengan dana sekolah”

Selanjutnya yang kami lakukan :
Hari Selasa, 17 Maret 2009 pukul 07.30 WIB, kami menghubungi oknum pengepul dana SOT (Sumbangan Orang Tua) untuk minta rekap uang makan soto selama 3 tahun. Oknum ini menjawab “Saya tidak tahu, yang tahu bendahara komite”.

Masih di hari Selasa, 17 Maret 2009 pukul 08.00 WIB, kami menghubungi bendahara BOS untuk minta rekap uang makan soto selama 3 tahun. Oknum ini menjawab “Saya tidak tahu, yang lebih tahu bendahara komite, sudahlah jangan diusut”. Padahal saat itu kami sudah membawa uang Rp 6 juta untuk kami kembalikan ke pihak sekolah sebagai gantinya uang makan soto selama 3 tahun.

Hari Rabu 18 Maret 2009 pukul 09.15 WIB, kami menghubungi bendara komite untuk minta rekap uang makan soto selama 3 tahun. Oknum ini menjawab “ Ya, nanti malam saya rekap dulu, tetapi saya harus konfirmasi dengan kepala sekolah”. Lalu oknum ini bertanya pada kami “ Rekap untuk apa ?”. Kami jawab “Saya akan kembalikan uang makan soto dikantin selama 3 tahun”. Kemudian oknum ini berkata “Tidak usah dikembalikan, Pak Kepala Sekolah ikhlas kok”.

Tetapi kami tetap pada pendirian semula, bahwa kami telah dipermalukan di masyarakat, maka kami harus bisa mengembalikan uang makan itu.

Masih di hari Rabu 18 Maret 2009 pukul 20.30 WIB, kami ditelepon wakil kepala sekolah bahwa “kasus ini tidak usah diperpanjang dan uang makan soto selama 3 tahun tidak usah dikembalikan ke pihak sekolah”.

Hari Kamis 19 Maret 2009 pukul 07.30 WIB, kami dan Mr. BC ditemui wakil kepala sekolah di ruang Laboratorium Komputer. Wakil kepala sekolah ini menyarankan kami agar kasus ini dianggap selesai dan uang makan soto tidak usah dikembalikan ke pihak sekolah. Namun, dalam pertemuan ini terjadi deadlock lagi, sebab kami tetap pada pendirian semula.

Masih di Hari Kamis 19 Maret 2009 pukul 09.00 WIB, kami dipanggil kepala sekolah untuk membicarakan kasus makan soto kantin. Dalam pertemuan di ruang kepala sekolah ini dihadiri 5 orang yaitu Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Mr. Lj, Mr. BC dan kami sendiri. Dalam pertemuan ini lagi-lagi terjadi deadlock, akhirnya kepala sekolah meminta maaf kepada kami atas kejadian ini. Tetapi kami tetap ngotot untuk mengembalikan uang makan tersebut.

Begitulah nasib kami sebagai guru seharian di sekolah. Membina ekstrakurikuler dari jam 13.00 sampai 16.15 WIB dengan honor Rp 10.000,- masih ada yang mengusiknya. Resiko yang kami lakukan adalah kesana kemari mencari pinjaman uang untuk kami kembalikan ke pihak sekolah. Walau pihak sekolah menolak, kami tetap berusaha untuk mengembalikan. Kami merasa tenang dan menang kalau bisa mengembalikan uang makan soto itu.

Sampai sekarang kami sportif. Kegiatan ekstrakurikuler Komputer, Pramuka dan PMR tetap berjalan seperti semula. Namun, kami sekarang tidak pernah lagi makan soto di kantin sekolah. Walau berangkat pagi dan pulang sore kami hanya minum dan kadang-kadang makan snack kalau pihak sekolah menyediakan.

Kalau pihak sekolah tidak menyediakan snack…..?
Yaaaaa.......perutku berbunyi nyaaaaa.....ring
He…. he…. he…. nasib guru Umar Bakri
Bakri…. Bakri…

Penulis Asim Sulistyo

Senin, 09 November 2009

10 Oktober 2003” Puisi Kisah Nyata di SMPN 2 Pugung, Tanggamus, Lampung


Aku seperti tikus
Yang di kejar-kejar seekor kucing yang lapar
Aku dijadikan tikus
Yang diterkam kucing kelaparan
Mereka beringas, buas dan kejam
Aku dianggap seekor tikus
Karena mereka seperti seekor kucing

Aku lari, aku di caci maki
Aku lari, aku di terkam seekor kucing
Aku di seret, aku di banting, aku jatuh
Anak-anakku menangis, mereka menjerit histeris
Anak-anakku berteriak, memanggil-manggil namaku
Tapi aku tidak mendengar
Karena aku tidak sadar

Aku dibangunkan
Aku dibawa lari seekor harimau
Aku tinggalkan tempat itu
Aku tinggalkan anak-anakku
Mereka menangis mengantar kepergianku
Kutinggalkan rumput-rumput dan tiang bendera membisu
Kucing-kucing memukul tiang bendera
Kucing-kucing berteriak
Mereka akan merobek-robek kulitku
Mereka akan membelah dadaku
Dan menghisap darahku

Tapi aku di selamatkan kawan
Tapi aku di lindungi Tuhan
Karena aku tikus yang beriman

Aku terjaga dari mimpi buruk itu
Di waktu sore Jum’ at kelabu
Aku sadar, aku ingat
Aku bukan seekor tikus
Tapi aku adalah manusia

Aku adalah gurunya kucing-kucing itu
Aku adalah gurunya harimau itu
Yang dianggap seekor tikus yang tak berarti bagi mereka

Mereka adalah anak-anakku
Yang tidak tahu bahwa aku adalah manusia seperti mereka

Kini aku hanya bisa berucap
Selamat tinggal anak-anakku
Selamat berpisah
Kita dibelah dalam keadaan duka
Kita pisah bertebar bunga

Kita berpisah dalam keadaan duka
Karena anak-anakku yang menodai perpisahan ini

Selamat berpisah, semoga bahagia
Amin……


Oleh : Asim Sulistyo, S.Pd. (Hp. 081329350066)
Tahun 1997 - 2004 Guru SMP N. 2 Pugung, Kab. Tanggamus, Lampung.
Tahun 2005 - Guru SMP N 3 Bayat, Klaten, Jawa-Tengah sampai sekarang.

Kisah Nyata ini terjadi di Desa Sumanda, Kec. Pugung, Kab. Tanggamus, Lampung pada tanggal 10 Oktober 2003 hari Jum’ at jam 15.00 WIB. Ketika aku bersama temanku (Jamsani) sedang melatih pramuka siswa SMP Negeri 2 Pugung, Kab. Tanggamus, tiba-tiba aku diserang/dikeroyok kurang lebih 50 orang secara anarkis oleh alumni SMP (muridku sendiri) dan warga sekitar sekolahan (warga Dusun Sumanda, Kec. Pugung, Kab. Tanggamus). Alhamdulillah aku tidak cedera sedikitpun, karena aku masih dilindungi Allah SWT. Salam buat keluarga besar SMP Negeri 2 Pugung, Tanggamus, Lampung.



Kisah Nyata, di SMPN 2 Pugung Tanggamus Lampung


Hari Jum’ At, 10 Oktober 2003, jam 15.00 Wib.
Aku seperti tikus yang dikejar-kejar seekor kucing.
Aku seperti tikus yang diterkam seekor kucing.

Kronologi kejadian…
Pintu gerbang SMPN 2 Pugung sering dirusak oleh pemuda, sehingga membuat penjaga sekolah dan guru menjadi marah. Pada upacara bendera hari senin, 6 Oktober 2003, Aku sebagai Pembina upacara mengeluarkan pernyataan keras. Isi pernyataan “Asim siap menghadapi msyarakat yang merusak sekolahan, baik dengan cara halus maupun dengan cara kasar”.

Pernyataanku tersebut membuat marah, sehingga masyarakat tua, muda, laki dan perempuan merasa terhina. Selanjutnya masyarakat perlu mengadakan rapat untuk membicarakan masalah pernyataanku itu.

Menurut Lilik (penjaga sekolah SMPN 2 Pugung), bahwa pada hari kamis pukul 20.00 Wib, tanggal 9 Oktober 2003, masyarakat desa Sumanda kecamatan Pugung mengadakan rapat di rumah Jahrudin (ketua pemuda). Isi rapat membicarakan tentang pernyataanku yang dianggap menantang masyarakat kampung Sumanda.

Pada hari Jum’ At, Tanggal 10 Oktober 2003, jam 14.00 Wib, ada sekelompok pemuda dan orang tua mendatangi sekolah, yang dipimpin oleh Jahrudin dengan tujuan mengklarifikasi pernyataanku yang dianggap menantang masyarakat. Dalam pertemuan ini tidak ditemukan titik temu, karena ada perbedaan pendapat tentang isi pernyataanku.

Isi pernyataan adalah :
 Menurut versi pemuda kampung “Asim siap menghadapi masyarakat sumanda, baik dengan cara halus maupun dengan cara kasar”.
 Menurut versi Asim “Asim siap menghadapi msyarakat yang merusak sekolahan, baik dengan cara halus maupun dengan cara kasar”.

Karena tidak ditemukan titik temu, akhirnya pemuda marah mencaci maki Aku dengan kata-kata kotor dan memaksa Aku untuk dibawa ke lapangan sepak bola untuk dipukuli dan dibakar. Pemuda tidak jadi memukuli aku, tetapi akhirnya semua pemuda kembali kerumah ketua pemuda untuk rapat kembali.

Masih pada hari Jum’At 10 Oktober 2003 pukul 15.00 Wib. Ketika Aku sedang membina Pramuka bersama Kak Jamsani (Guru Olah Raga SMPN 2 Pugung) di halaman sekolah, tiba-tiba datang sekelompok pemuda kurang lebih 50 orang. Para pemuda tersebut menyerang Aku sambil berteriak-teriak. Mereka menyerang dengan membawa senjata tajam (pisau), tongkat bambu (ambil dari anak Pramuka) dan batu. Aku dipaksa diseret untuk keluar dari halaman sekolah dan akan dibawa ke lapangan sepak bola untuk dipukuli dan dibakar (kata-kata dalam teriakan).

Ketika para pemuda mengejar-ngejar, Aku berlari-lari mengitari tenda-tenda anak Pramuka. Suasana saat itu sangat mencekam, karena banyak anak Pramuka yang sedang berlatih mendirikan tenda untuk menghadapi kemah bersama menjelang bulan Puasa. Semua anak perempuan dan sebagian anak laki-laki menangis sampai menjerit-jerit histeris karena melihat gurunya dikejar-kejar puluhan pemuda. Bahkan ada pemuda yang merebut tongkat anak pramuka kemudian tongkat tersebut dipakai untuk mengejar Aku dan ada yang dipakai untuk memukuli tiang bendera. Sehingga suara teriakan pemuda, denting tiang bendera bercampur dengan jeritan tangis anak pramuka membuat suasana sangat mencekam.

Cecep, pemuda yang membawa pisau dihadang pak Jamsani, sementara pemuda yang lain dihadang oleh siswa pramuka dan Pak Uci (tokoh pemuda). Sementara Haji Saybi (tokoh Agama) justru menghina Aku dengan kata-kata kotor dan membakar emosi pemuda dengan kata-kata “ makanya Pak Asim jangan mentang-mentang pegawai negeri”., sehingga kata-kata Haji Saybi tersebut membuat pemuda semakin kalap.

Sewaktu Aku dikejar-kejar, Aku berlari-lari kecil untuk menghindari serangan. Dalam keadaan seperti itu Aku tetap tenang sambil merokok. Karena anak-anak pramuka semakin keras jeritannya, tiba-tiba Aku timbul ide yang cerdas. Ide itu adalah, Aku harus pura-pura jatuh dan pura-pura tak sadarkan diri. Akhirnya ide tersebut aku laksanakan. Aku pura-pura jatuh dan pingsan, kemudian aku di tolong oleh Lilik dan Jahrudin kemudian Aku diajak Pak Jamsani menuju ke rumah Pak Lurah desa Sumanda yang tak jauh dari lokasi kejadian. Aku tidak luka sedikitpun dan selanjutnya aku pulang dengan damai ditemani Pak Jamsani.

Kemudian pada hari Minggu tanggal 12 Oktober 2003, aku mengirim surat kepada ketua pemuda (surat aku titipkan Pak Jamsani). Isi surat adalah ancaman terhadap masyarakat kampung Sumanda yaitu “apabila masyarakat Sumanda tidak mau meminta maaf kepada Aku, maka akan Aku proses lewat jalur hukum (dilaporkan Polisi)”.

Dengan ancaman tersebut membuat masyarakat Sumanda menjadi ketakutan semua. Mereka menduga bahwa Kapolres dan Bupati Kabupaten Tanggamus adalah teman dekatku. Dengan ancaman tersebut akhirnya pada hari senin tanggal 13 Oktober 2003 pukul 20.00 Wib. Masyarakat desa Sumanda mengadakan rapat untuk menanggapi surat ancaman dariku.

Dan akhirnya pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 2003 pukul 09.00 Wib. masyarakat desa Sumanda beserta tokoh-tokoh Agama dan masyarakat datang ke SMPN 2 Pugung untuk meminta maaf kepada Aku. Dalam acara tersebut disaksikan oleh semua dewan guru dan (Pak Sutikno) Ketua PGRI Ranting Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.

Ha..ha..ha..ha.. ……….
Aku hebaaaaaaaaat…..
Aku menaaaaaaang…

Nama-nama provokator :
1. Cecep : sopir truk (bawa senjata tajam)
2. Rohedi : Alumni SMPN 2 Pugung (bawa kayu pemukul)
3. Rapiudin : pemuda desa
4. Abdul Syukur : Alumni SMPN 2 Pugung (teriak2, bawa kayu)
5. Mat Thohir : Alumni SMPN 2 Pugung (teriak “bakar-bakar”)
6. Samuri : Alumni SMPN 2 Pugung (teriak2 dan ngejar2 )
7. Haji Saybi : Tokoh agama (teriak2 dan mencaci maki).

NB :
Tulisan ini bener –bener terjadi ketika aku masih menjadi guru di SMPN 2 Pugung, kabupaten Tanggamus, provinsi Lampung, dan mulai bulan Oktober 2004 aku sudah pindah tugas di SMPN 3 Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa-Tengah.

Terimakasih kepada Pak Jamsani dan Pak Lilik yang menolong Aku.
Salam buat warga desa Sumanda, semoga sucses selalu….
Ha..ha..ha..aku hebaaaat……



Penulis Asim Sulistyo
Guru SMPN 2 Pugung Tanggamus
Guru SMPN 3 Bayat Klaten


 

Satelit Rowo Jombor

Bookmark and Share